Me-Revolusi Pendidikan di Indonesia dengan Inovasi Teknologi 3D di Era Industri 4.0
Foto : Inovasi Alat Peraga Edukatif dengan Mesin 3D Pintar dari Inspira Academy
Indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di Indonesia menurun. Jika pada 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65, tahun 2011 merosot ke peringkat 69
Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011) waktu setempat, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.
Lalu bagaimana Inovasi Teknologi 3D bisa merevolusi pendidikan di Indonesia?
Apa itu Alat Peraga Edukatif (APE)? dan Manfaat bagi Pendidikan?
Apa itu sebenarnya alat peraga? menurut professor Azhar Arsyad dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran (2004), Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dengan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran.
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Alat peraga disini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak lalu dikonkretkan untuk menjelaskannya kembali agar siswa lebih memahaminya.
Salah satu gambar yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah Dale’s Cone of Experience (Dale, 1969). Edgar Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar dari yang paling kongkrit sampai yang paling abstrak, klasifikasi tersebut dinamakan kerucut pengalaman (cone of experience)
Gambar : Kerucut Pengalaman (Dale’s Cone of Experience – Dale, 1969)
Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan.
Hamalik dalam buku berjudul Media Pembelajaran (2013) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Alat Peraga Edukatif (APE) adalah sebuah alat bantu pembelajaran untuk menciptakan proses belajar mengajar yang lebih efektif. Alat peraga juga dapat membantu siswa memahami hal-hal yang sebelumnya masih bersifat abstrak.
Indonesia Krisis Alat Peraga Edukatif (APE)?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Inspira Academy telah melakukan survey terhadap 489 tenaga pendidik yang ada di Indonesia pada bulan Mei 2023 lalu dengan hasil sebagai berikut :
- 100% Responden sepakat bahwa Alat Peraga Edukatif (APE) sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran saat ini.
- Sekitar 70% responden menyatakan Alat Peraga Edukatif (APE) saat ini belum mendukung dikarenakan tidak banyak APE yang dimiliki sekolah.
- Total sekitar 99% responden juga menjabarkan Alat Peraga Edukatif (APE) apa saja yang diperlukan saat ini yakni, benda-benda biologis seperti organ tubu manusia, hewa, dll, lalu benda-benda bersejarah, APE sesuai dengan kebutuhan kurikulum pembelajaran, dan lainnya.
- Lalu juga total 99% responden sepakat bahwa manfaat Alat Peraga Edukatif (APE) antara lain adalah membuat siswa lebih berminat/antusias belajar, membuat siswa lebih cepat mengerti/memahami pelajaran, mengembangkan Kreatifitas dan Imajinasi siswa dan lainnya.
Simak hasil survey selengkapnya melalui video dibawah ini :
Tidak sampai disana, lebih spesifik lagi Inspira Academy melakukan survey di level pendidikan PAUD di Jakarta dimana level PAUD adalah yang paling membutuhkan Alat Peraga Edukatif dalam pembelajarannya dan Jakarta menjadi representatif dari kemudahan akses pembelanjaan.
Hasil survey pun menunjukan hasil yang kurang lebih sama dengan survey diatas.
Simak hasil survey selengkapnya melalui video dibawah ini :
Lantas mengapa Alat Peraga Edukatif (APE) di Indonesia masih belum mamadai, sedangkan begitu penting dan bermanfaat?
Mahalnya Pengadaan Alat Peraga Edukatif (APE)
Ternyata, pengadaan alat peraga edukatif di sekolah bukanlah hal yang murah dan mudah.
Contoh, di bawah ini adalah alat peraga tata surya yang dijual di sebuah toko online.
Harga yang ditawarkan tergolong tidak murah. Jika ditambah dengan biaya pengiriman, maka jumlah pengeluaran untuk membeli alat peraga ini lumayan besar.
Hal ini menjadi faktor penting yang membuat sekolah-sekolah di pelosok tidak memiliki alat peraga seperti ini.
Bayangkan saja, misalkan sekolah A di Timika Papua hendak membeli alat peraga Tata Surya dari toko online yang berada di Jakarta dengan ilustrasi ongkos kirim seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Dengan asumsi paket yang dipesan bermasa 1kg, maka biaya ongkos kirim terendah dari Jakarta ke Timika adalah Rp142.000,- ditambah harga alat itu sendiri Rp248.000,-.
Jumlah biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengadakan satu buah alat peraga ini adalah Rp390.000,-.
Kita bisa melakukan kalkulasi sederhana betapa banyaknya biaya yang akan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh alat peraga demi meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah A di Timika Papua ini.
Lalu jika menggunakan mesin 3D printer dalam membuat alat peraga tata surya dengan ukuran yang relatif sama, hanya membutuhkan sekitar 313 gram bahan.
Lalu jika dihitung dengan 1 Kg bahan seharga Rp 200.000, maka hanya membutuhkan sekitar Rp 62.000, untuk membuat alat peraga tata surya tersebut.
Masalah yang berikutnya adalah alat peraga yang tidak dijual secara bebas atau tidak dapat dibeli di manapun.
Contohnya, dalam pelajaran sejarah, artefak tengkorak Homo neanderthalensis. Banyak siswa yang belum tahu seperti apa bentuknya.
sumber : myminifactory.com dan pustaka3d.id
Homo neanderthalensis adalah kerabat terdekat kita yang punah yang menghuni Eurasia 400.000 – 40.000 tahun yang lalu. Mereka membuat perkakas dan pakaian, menggunakan api dan ada bukti bahwa mereka menguburkan orang mati.
Transformasi Pendidikan Indonesia dengan Teknologi 3D: Solusi Inovatif untuk Masa Depan
Masyarakat Indonesia patut berbangga karena saat ini telah hadir pabrik mesin 3D printer pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diprakarsai oleh PT. Inspira Kreatif Infinia atau lebih dikenal dengan Inspira Academy.
Baca : Inspira Academy Bikin Pabrik 3D Printer di Indonesia (detik.com)
Tak hanya itu, guna merevolusi dunia pendidikan Inspira Academy telah mempersiapkan sebuah ekosistem teknologi 3D yang lengkap seperti cloud storage atau repository yang bernama Pustaka3D yang akan memotong biaya distribusi secara significant.
Dengan menggunakan Pustaka3D, pengguna dapat dengan cepat mengakses dan mendownload file 3D dari lokasi mana pun, memberikan efisiensi dan fleksibilitas yang diperlukan dalam industri 3D Printing modern.
Selain itu Inspira Academy juga membuat ekosistem pendidikan dibidang 3D design & printing, dan Robotik berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) untuk mencetak inovator-inovator di Indonesia.
Baca : Inspira Academy hadirkan Edukasi 3D Printing Pertama di Indonesia
Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten pertama di Indonesia dalam menerapkan 3D Design & Printing dalam pengembangaan SDM dengan program “Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik berbasis STEAM” yang dicetus oleh Bupati Ciamis Dr.H. Herdiat Sunarya.
Bekerja sama dengan Inspira Academy melalui program peningkatan kompetensi tahun 2021 sudah menerapkan pengetahuan 3D Design & Printing dalam Pendidikan STEAM untuk 1000 guru yang akan dilaksanakan bertahap selama 3 tahun.
Baca : Perusahaan Lokal Luncurkan 3D Printer Edukasi Pertama di Indonesia